Cerita Pendek
Si Acong dan Macang
Karya : Ferdiansyah Pendidikan Fisika 2018
Acong sedang mengendarai sebuah sepeda. Ia sedang berkeliling kota sembari menghibur diri dikala kesibukan yang selalu menghampiri setiap harinya. Sepeda ontel yang dikendarainya menemaninya saat sore hari. Acong berhenti di sebuah kedai makanan, ia memesan es teh manis untuk melepas dahaga setelah bersepeda. Kedai yang tidak terlalu mewah, daftar makanan minuman di menu saja tercantum harga-harga yang sangat terjangkau. Kemudian, datang seorang laki-laki paruh baya yang membawa sebuah tas berat. Ia duduk di samping Acong yang sedang menikmati es tehnya.
“Kopi hitam satu.” Kata si laki-laki paruh bawa tersebut.Acong sangat penasaran dengan beliau dan menyapanya, “Halo pak, habis dari mana?”
“Aku baru saja pulang dari kampung mase.” Kata beliau.
“Wow, asal mana pak?”
“Aku dari Solo mase, omong-omong mase langganan di kedai ini?” tanya orang tersebut.
“Tentu pak, kedai ini adalah kedai terbaik yang pernah saya temukan. Gak ada yang bisa mengalahkan kedai ini di jagat raya.” Penjelasan dari Acong yang sangat antusias.
“Berarti aku tak salah mampir kedai ya mase hehehe. Kenalkan mase, aku Macang.” Laki-laki memperkenalkan diri.
“Saya Acong asal glodok hehehe.”
“Wah, mase keturunan tiongkok kah? Soalnya kental logat cinanya.” Tanya Macang.
“Betul sekali pak, bapak saya orang tiongkok. Beliau pindah ke Indonesia sejak umur 25 tahun untuk bisa bertahan hidup. Namun, saya sudah menjadi WNI pak hehehe.” Kata Acong.
“Luar biasa pasti bapak kamu mase, dapat bertahan di kota yang padat ini. Menurut mase, apa keistimewaan yang ada di negeri ini? Tanya Macang.
“Hmm, ada salah satunya. Indonesia ini memiliki keberagaman yang sangat luar biasa, Bapak saya berkata beliau tidak menemukan hal tersebut di negeri asalnya. Apa ya nama lainnya?!” Kata Acong sambil berpikir istilah lain yang sering digunakan.
“Bhineka Tunggal Ika maksud mase? Macang menjawab.
“Ah betul kali anda, itu dia. Indonesia memiliki semboyan yang mantap kali lah, tinggal bagaimana rakyatnya menjaga arwah semboyan tersebut sehingga masih bisa dirasakan secara menyeluruh bagi bangsa ini. Saya suka dengan hal tersebut. Perbedaan bukan menjadi masalah karena perbedaan itu yang dapat menyatukan seperti halnya kita berdua hehehe.” Kata Acong.
“Dulu waktu di kampung, aku belajar tentang itu mase sehingga aku paham bahwa Bhineka Tunggal Ika bukan sembarangan semboyan, tetapi sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia mase.” Jawab Macang.
“Maka dari itu kita mesti menjaganya dan terus kasih tahu ke orang-orang bahwa Indonesia itu spesial dengan aneka perbedaannya.” Kata Acong.
Acong berdiri dari duduknya, mengambil dompet di sakunya, “Es teh manis dan kopi hitamnya. Jadi Rp 8000 kan?” Acong bertanya ke kasir.
Kemudian, Acong segera meninggalkan kedai. Macang pun berterima kasih kepadanya karena sudah mau membayar kopi hitamnya. “Oh ya mase, ini nomor telepon saya. Jika berkenan ada kebutuhan atau mau bincang-bincang kembali bisa menghubungi ke sini ya mase.” Kata Macang
“Baik, terima kasih pak. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya.” Acong dengan mata sipitnya tersenyum.
0 comments:
Posting Komentar