Sabtu, 11 Juni 2022

SEPANDANG ~ Cerita Pendek 'Bhinneka Tunggal Ika dalam Kerja Kelompok' Karya Muhammad Zhafran Bahij Ilmu Komputer 2019

Cerita Pendek 

Bhinneka Tunggal Ika dalam Kerja Kelompok

Karya : Muhammad Zhafran Bahij Ilmu Komputer 2019



“Kelompok tiga, kenapa presentasi kalian berantakan seperti ini?” kata seorang guru perempuan yang sedang duduk di meja guru depan kelas.

“Berantakan dari mananya, bu?” Kataku.

“Apa kau tidak melihatnya?” Kata Bu Guru lalu berdiri sambil berjalan ke meja terdepan murid.


Bu guru itu menaruh kedua tangannya di atas meja lalu berkata “Siapa yang di sini tahu kenapa presentasi kelompok 3 berantakan? Yang tahu silahkan angkat tangan.”


Seketika suasana menjadi hening. Tidak ada seorang pun yang berani menjawabnya. Lalu…


“Yang pendapatnya terbaik, ibu kasih poin tambahan.”


Orang-orang mulai mengangkat tangan dan memberikan opini mereka masing-masing. Kesalahan-kesalahan yang kami lakukan mulai terkuak dan aku hanya bisa menunduk. Kesalahan besar kami adalah desain PPT yang tidak konsisten, ada isi PPT yang satu halaman isinya tulisan semua tanpa ada ruang kosong, dan kami tidak terlihat profesional kecuali satu orang diantara kami.


Bel pergantian pelajaran telah berbunyi dan guru itu berkata “Dua minggu lagi, kalian akan presentasi mengenai bab tiga. Silahkan dibuat presentasinya dengan baik dan benar.” Kata guru itu lalu pergi sambil mengucapkan salam.


Setelah kelas itu berakhir, aku hanya bisa duduk di kursi dan hanya termenung saja. Memandangi langit-langit kelas yang hanya ada papan triplek dan lampu. Kemudian, seseorang berdiri di hadapanku. 

“Yo! Lu ngapain bengong aja setelah presentasi selesai?” Kata dia dengan nada penasaran lalu menepuk pundakku. 


Tepukan itu membuatku terkejut dan berteriak “Uwaaa!!!” 


“Seperti biasa, lu orangnya mudah untuk dikagetkan.” Kata dia sambil tertawa.

Lu punya rencana untuk tugas PKN minggu depan? Kita kan satu tim nihh, jadi kasih tau lah.” Katanya sambil tersenyum.

“Na-Nanti akan ku kabari lewat line.” Kataku dengan agak gugup.

 

Orang ini bernama Rain. Seorang siswa yang bisa bergaul dengan siapa saja. Caranya berkomunikasi membuat dia bisa masuk ke dalam banyak circle. 


Ekspresiku yang gugup ini terlihat di mata Rain. Lalu Rain mengucapkan beberapa kata untuk menenangkanku.

Hehhhh, lu masih aja kepikiran tentang presentasi PKN tadi. Kalau lu masih kepikiran, lu bisa samperin gue di greenhouse pas pulang sekolah. Entar gue ajarin tips and tricks-nya!” Kata Rain lalu pergi ke arah teman yang lain.


Aku hanya bisa mengangguk pelan karena penasaran dengan apa yang akan ia lakukan. Aku merasa bahwa aku telah melakukan hal yang pantas sebagai ketua. Aku telah membagi jobdesc per orang dengan jatah satu orang satu sub bab untuk dipresentasikan. Aku telah membagikan tugas tersebut di awal waktu. Namun, merekanya saja yang ngaret. Hanya Rain yang paling tepat waktu di antara yang lain. 


Saat bel sekolah terakhir berbunyi, aku mengikuti saran Rain dan langsung menuju ke greenhouse. Lokasinya sangat terpencil yaitu di lantai tiga Sekolah. Ketika aku berada di sana, Rain sedang asik bermain mobile legend. Suara “Double Kill” terdengar sampai di tempatku berdiri.


Lu udah datang, yaa? Tenang aja kok, gue bisa bermain sambil berbicara. Jadi lu ngomong aja, entar gue dengerin baik-baik kok” Kata Rain dengan santainya.


Dalam tata krama yang telah diajarkan di sekitarku, tidak baik dua orang berkomunikasi jika salah satunya asyik bermain HP. Meskipun begitu, aku juga sangat sering melakukannya. Jadi aku menganggap melihat Rain berbicara sambil bermain HP merupakan hal yang wajar.


“Menurutmu, apa yang salah dari presentasi kita?” Kataku

“Kalau dipikir-pikir, kesalahannya cukup banyak, tetapi mau gimana lagi? Nasi udah menjadi nasi goreng, kan?” Kata Rain dengan menambahkan peribahasa yang aneh.

“Kenapa ya? Padahal aku telah memberikan jatah tugas dengan adil, tetapi kenapa tidak ada yang bener kecuali kita berdua?” Kataku dengan heran.


Seketika Rain tertawa kecil mendengar perkatanku ini.

Wkwkwkanjay…” Kata Rain sambil tertawa.

Aku tidak paham apa yang lucu dari pendapatku ini. Kelihatannya, Rain akan memberikanku penjelasan kenapa dia tertawa.

Lu memang adil, tapi lu menyamaratakan semua orang bahwa jika lu bisa maka orang lain juga bisa. Makanya, gue tertawa karena komedi lu. Lu tau kan semboyan negara kita apa?” Kata Rain sambil sedikit tertawa.

Bhinneka Tunggal Ika, yaa aku pahamlah.” Kataku sambil membuat gestur tangan yang menunjuk ke diriku.

“Terus, kenapa lu menyamaratakan anggota kelompok lu?” Tanya Rain.


Jleb, perkataan Rain seperti menusuk tepat di dadaku. Kemudian, aku bertanya kepada Rain.

“Kalau begitu, bagaimana nanti aku membagikan tugas kelompok kepada mereka? Aku ingin pembagian ini terkesan adil.”

“Yahhh, masa lu gak tau sih caranya? Kan lu udah paham pancasila toh? Pembagian tugasnya dengan cara demokrasi cuy. Lu minta opini mereka, mereka maunya kerjaannya gimana.” Kata Rain.

“Tapi mereka semua pada slow response semua kalau ku tanyakan lewat line.” Ujarku.

“Yahhh, setiap orang kan punya kehidupan masing-masing, jangan disamakan gitulah cuy.” Kata Rain dengan tenangnya.


Aku baru paham bahwa implementasi materi PKN ternyata seperti ini. Aku yang baru paham lalu tersenyum kecil dan berkata “Makasih Rain” setelah itu aku pergi dari greenhouse.


Di malam harinya, aku membuka diskusi mengenai pembagian tugas di media sosial yaitu line dan…


Dua minggu telah berlalu. Kelompokku melakukan presentasi di depan kelas saat mata pelajaran PKN. Pembagian tugas ini memang tidak sesuai apa yang aku pikirkan, tetapi semoga saja tidak seburuk yang kemarin.


Aku dan kelompokku berdiri di depan kelas untuk memulai presentasi. Seketika suasana menjadi hening dengan bu guru PKN menatap ke kami. Awalnya kami semua berada di posisi yang sejajar sampai Rain melangkahkan kakinya ke depan dan ia memberikan salam dengan suara yang lantang, tetapi enak di dengar. Kemudian, Rain menjentikkan jarinya lalu muncul animasi di PPT yang bertuliskan tentang judul presentasi kami. Setelah itu, Rain melakukan tepuk tangan sekali dan muncul alunan musik yang membuat penonton tertarik untuk melihat presentasi ini.


Kami semua memperkenalkan diri masing-masing lalu dilanjutkan dengan presentasi. Semua orang menikmati presentasi ini karena di PPT ada desain yang indah dan Rain menjelaskan seluruh isi presentasi ini layaknya seorang entepreneur. Presentasi ini dilakukan secara sendiri oleh Rain. Aku dan beberapa anggota kelompok tidak berpartisipasi dalam memberikan presentasi.


Presentasi selesai lalu bu guru berdiri dan seketika musik berubah menjadi alunan jazz yang lembut. Ekspresi dari ibu guru itu tampak bertanya-tanya. Ia melangkah ke arah kami lalu berhenti setelah berjarak sekitar satu meter.


“Kenapa hanya Rain saja yang presentasi?” Kata bu guru sambil menunjuk ke arah Rain.

“Sebenarnya, kenapa ibu mempermasalahkan hal itu?” Tanya Rain.

Loh, itu berarti sama saja kamu kerja sendirian dong. Mana semangat gotong royong. Bukankah di Pancasila itu ada ‘persatuan Indonesia’? Gimana mau bersatu jika kamu hanya kerja sendirian?”

“Maafkan kami bu guru. Jika ibu melihat sekilas, mungkin seperti itulah yang terlihat, tetapi kelompok kami menerapkan prinsip ‘bhineka tunggal ika’. Dibalik semua presentasi ini, terdapat tiga orang yang bekerja di balik layar.” Kata Rain sambil membuat gestur tubuh yang meyakinkan. Kemudian, Rain menjelaskan kepada ibu guru mengenai sistem pembagian tugas kami.


Di malam pembagian tugas, Rain mengusulkan di grup line tentang apa yang ingin dikerjakan. Seorang bernama Rizky ingin bagian desain PPT dan orang yang bernama Ryan tidak membalas pesan tersebut. Kemudian, Rain mengusulkan apakah Rizky mampu menambahkan iringan musik saat presentasi. Rizky pun menyanggupinya. Sekarang, giliran menunggu kepastian dari Ryan.

Setelah tiga jam kemudian, Ryan mengajukan diri untuk mengerjakan semua subbab itu sendirian dan akan selesai dalam waktu enam jam. Sontak itu membuatku terkejut dan bertanya-tanya, mungkinkah Ryan bisa begitu? Padahal dia kan selalu mengumpulkan tugas saat deadline dan juga tugasnya itu berantakan. Oleh karena itu, aku mengajukan diri untuk menjadi editor penulisan PPT.


Enam jam setelah pembagian tugas, Ryan berhasil menyelesaikan semua itu. Akan tetapi, persis dengan di PPT sebelumnya, kali ini isi setiap slide di PPT banyak berisi tulisan sampai tidak ada ruang kosong di sana. Rain pernah mengirimkan pesan kepadaku kalau PPT dari Ryan dan PPT yang telah diedit harus terpisah agar saat presentasi, Rain bisa menghafal dari PPT milik Ryan. PPT yang telah aku edit, aku serahkan kepada Rizky. Di sinilah peran Rizky untuk mendesain PPT sampai bisa sebagus yang dipresentasikan.


Rain menjelaskan semua itu kepada bu guru. Rain menjelaskan tentang pekerjaan kami masing-masing. Lalu, bu guru itu bertanya lagi.


“Kalau begitu, berarti nilai Rizky yang paling rendah? Soalnya dia kan hanya bagian desain saja dan itu…”

“Maaf memotong bu, tapi jika ibu memberikan nilai Rizky menjadi paling rendah. Itu artinya ibu kurang paham mengenai esensi dari bhineka tunggal ika.” Jawab Rain dengan memotong pembicaraan bu guru.

“Seperti yang telah tertuang di PPT, bhineka tunggal ika adalah berbeda-beda tetapi tetap satu. Kalian semua berpikir kalau perbedaan itu hanya meliputi suku, agama, dan ras. Nyatanya, keahlian masing-masing termasuk perbedaan dan disitulah banyak orang tidak menyadari.”

“Sesuai sila keempat, sebaiknya ibu dan tim kami berdiskusi bagaimana tentang sistem penilaian dari kelompok ini. Akan tetapi, kami menyarankan kalau nilai kami semua disamaratakan. Alasannya adalah seluruh rangkaian kegiatan presentasi kali ini bukanlah hasil satu individu saja, melainkan ini adalah hasil kerja sama aku dan teman-temanku.”


Ibu guru itu mengangguk lalu kembali ke kursinya, lalu ia berkata “selanjutnya adalah sesi tanya jawab.”


Sesi tanya jawab adalah sesi terumit menurutku karena pertanyaan yang disampaikan audiensi kelihatan rumit dan ngawur. Namun, itu bukanlah masalah bagi Rain justru di sinilah puncak dari kehebatan Rain yaitu ia mampu menjawab secara langsung setelah siswa bertanya. 


Rain adalah salah satu bukti eksistensi penerapan bhinneka tunggal ika dalam kehidupan di Sekolah. Mungkin saja, jika aku menerapkan hal ini, aku bisa lebih akrab dengan temanku dan mampu bekerja sama dengan mudah.









0 comments:

Posting Komentar